Sabtu, 31 Oktober 2015

Pendahuluan

Virus imunodifisiensi manusia[1] (bahasa Inggris: human immunodeficiency virus; HIV ) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.[2] Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.[2] Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik. Ini menyebabkan penurunan pada angka CD4 Sel T.
Di tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan HIV/AIDS. Pasien baru meningkat 47 persen sejak 2005. Kematian akibat AIDS di Indonesia masih tinggi, karena hanya 8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat antiretroviral (ARV).[3] Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV terbanyak yaitu sebanyak 640.000 orang, setelah China dan India, karena ketiga negara ini memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya saja prevalensi di Indonesia hanya 0,43 persen atau masih di bawah tingkat epidemi sebesar satu persen.

Cara kerja virus HIV

Tubuh manusia memiliki sel CD4, yaitu salah satu dari dua bagian utama dari sel darah putih – untuk untuk mudahnya kita sebut saja sel darah putih – yang bertugas menjaga system kekebalan tubuh agar bekerja dengan semestinya dalam melawan berbagai macam infeksi atau penyakit. Tanpa sel darah putih, tubuh kita akan menjadi lemah dan kehilangan benteng pertahanannya terhadap infeksi. HIV yang menginfeksi tubuh menjadikan sel darah putih sebagai target untuk memperbanyak dirinya, sehingga semakin banyak HIV bereproduksi, semakin sedikit sel darah putih yang dimiliki tubuh.
Begini proses HIV dalam tubuh manusia:
  1. Virus tersebut mencari sel-sel darah puih dan kemudian masuk ke dalam sel darah putih dan mulai menggandakan dirinya
  2. Sel-sel ini memecah belah virus baru ke dalam darah. Virus ini kemudian mencari sel darah putih baru dan mengulangi proses tersebut
  3. Sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh melawan dan mencari sel darah putih yang terinfeksi HIV dan menghancurkannya
  4. Setelah melewati beberapa waktu, banyak sel-sel darah putih dihancurkan sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi dapat melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit apapun
Begitulah, sampai kemudian orang tersebut menderita penyakit AIDS. Proses reproduksi virus ini di dalam tubuh manusia memakan banyak waktu, oleh karena itu orang yang terkena virus HIV tidak akan langsung bisa terlihat bahwa ia terinfeksi. Namun, membutuhkan waktu paling tidak lima tahun sampai ia bisa terdeteksi positif HIV.
Lebih seremnya lagi, virus HIV saat ini belum ditemukan obatnya, Sobat ABAT. Sejauh ini, baru ada obat untuk memperlambat pengembangbiakan virus HIV, namun tidak membunuh virus-virus tersebut. Cara paling ampuh untuk menghindarkan diri kita dari penyakit AIDS ya memang dengan cara mencegahnya.

Tahap dan gejala AIDS


Gejala HIV AIDS

HIV AIDS memang membutuhkan waktu sebelum benar-benar virus memang menginfeksi ke dalam tubuh. Gejala awal infeksi HIV bisa menyebabkan gangguan kesehatan biasa seperti flu, batuk, demam dan sakit kepala. Tapi setelah dua minggu lebih dan tubuh memberikan reaksi yang besar terhadap infeksi virus HIV maka gejala lain sering muncul. Berikut ini adalah berbagai gejala yang muncul sesuai dengan tahapan infeksi virus HIV hingga menjadi AIDS.

Gejala Awal

gejala HIV AIDSSemua penderita HIV AIDS biasanya memiliki beberapa gejala yang berbeda. Setiap tahap awal biasanya menghasilkan gejala seperti penyakit biasa. Infeksi HIV biasanya akan meningkatkan gejala setelah masa virus masuk ke dalam tubuh antara 2 hingga 6 minggu. Tubuh akan mengirimkan respon yang menandakan bahwa virus sudah masuk ke dalam tubuh. Gejala awal ini bisa muncul dalam beberapa waktu yang berbeda, bahkan ada penderita HIV yang tidak pernah merasakan gejala hingga lebih dari 8 tahun.
Berikut ini beberapa gejala HIV AIDS awal yang umum terjadi :
  1. Demam tinggi yang terkadang sembuh sendiri, namun bisa muncul lagi dalam waktu mendadak.
  2. Rasa sakit pada tenggorokan dan biasanya rasa sakit lebih sering dilihat sebagai gejala flu.
  3. Ada ruam kemerahan dan hitam pada di atas kulit.
  4. Tubuh akan terasa lebih lelah dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas.
  5. Rasa sakit pada semua bagian persendian dan otot.
  6. Terjadi pembengkakan pada bagian kelenjar yang tidak disertai dengan rasa sakit.
  7. Sakit kepala yang sangat parah dan bisa menyebabkan penderita tidak bisa bangun atau membuka mata.

Gejala Tahap Lanjut

Pada tahap yang lebih lanjut maka sebenarnya penderita justru tidak merasakan gejala seperti pada tahap awal. Virus akan berkembang dalam tubuh dan tidak menyebabkan rasa sakit. Padahal selama periode ini sebenarnya virus berkembang dan merusak sistem tubuh. Perawatan dan pengobatan yang dilakukan pada tahap lanjut berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan sel dan menjaga kerusakan organ. Biasanya masa tahap lanjut bisa mencapai 10 tahun atau lebih tergantung dari kondisi penderita. Pada tahap ini penderita tetap bisa memiliki potensi menularkan HIV meskipun virus yang berkembang dalam tubuh jumlahnya sudah lebih kecil.

Gejala Tahap Akhir

gejala HIV AIDSPada tahap akhir biasanya infeksi virus HIV sudah menjadi AIDS yang berarti bahwa tubuh sudah mengalami beberapa perubahan yang sangat besar untuk kesehatan. Virus HIV yang telah berkembang akan mengalami perubahan dan menggerogoti sistem kekebalan tubuh. Berikut ini beberapa gejala HIV AIDS yang bisa muncul.
  1. Sistem kekebalan tubuh yang terus melemah dan mudah terserang penyakit.
  2. Berat badan menurun cepat dan tanpa alasan khusus.
  3. Banyak mengeluarkan keringat terutama pada malam hari meskipun saat cuaca panas dan dingin.
  4. Merasakan lelah yang sangat panjang dan membuat tubuh tidak bisa digunakan untuk beraktivitas.
  5. Terjadi pembengkakan kelenjar pada bagian ketiak, leher maupun selangkangan.
  6. Gangguan pencernaan yang bisa menyebabkan diare dan muntah berlebihan selama beberapa minggu.
  7. Banyak luka kecil yang ditemukan pada bagian mulut, alat kelamin hingga anus.
  8. Penderita akan mengalami depresi yang menyebabkan kehilangan ingatan dan depresi yang mengacaukan mental.

Fakta-Fakta Gejala HIV AIDS

sponsored links
Penyakit HIV AIDS biasanya memang menimbulkan gejala awal yang sulit untuk dipahami. Bahkan masih terjadi kesalahan ketika menentukan jenis penyakit yang terjadi seperti penyakit tifus atau kelelahan. Padahal mungkin penderita HIV AIDS sudah merasa ketakutan. Metode untuk memastikan diagnosa hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah. Berikut ini adalah beberapa macam fakta tentang gejala HIV AIDS :
1. Gejala Awal
Gejala HIV AIDS awal sama sekali tidak menunjukkan tentang infeksi virus HIV AIDS. Beberapa gejala yang ringan seperti flu, batuk, sakit kepala, demam dan merasa lelah adalah hal yang sangat wajar. Kondisi ini bisa terjadi selama 2 hingga 6 minggu. Setelah itu kondisi tubuh akan pulih seperti biasa dan sebenarnya tubuh akan mengembangkan virus HIV selama beberapa tahun.
2. Pembengkakan Kelenjar
Kelenjar getah bening yang ada dalam tubuh berfungsi untuk mencegah semua infeksi dalam tubuh. Jika virus HIV telah masuk ke dalam tubuh maka bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar. Kondisi ini disebabkan karena kekebalan tubuh menurun drastis dan kelenjar getah bening bekerja terlalu keras. Penderita bisa mengalami kondisi ini selama beberapa bulan.
3. Penyakit Infeksi
Ketika virus HIV telah masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan melawan namun infeksi virus sering membuat sistem kekebalan menurun dengan cepat. setelah itu maka tubuh akan mengembangkan berbagai jenis penyakit yang disebabkan karena infeksi seperti radang paru-paru, infeksi pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dan bahkan hingga ke otak. Kondisi ini menyebabkan infeksi HIV akan sulit untuk diobati.
4. Gangguan Reproduksi
Bagi wanita maupun pria yang terkena infeksi HIV maka bisa menyebabkan gangguan reproduksi. Gangguan ini menyebabkan wanita mengalami gangguan siklus menstruasi. Selain itu masalah penyakit seksual lainnya juga akan lebih sering muncul seperti infeksi radang panggul, kanker serviks dan penyakit kelamin.
5. Muncul Ruam Pada Kulit
Penderita HIV AIDS memang sangat rentan dengan paparan sinar matahari. Ruam merah dapat muncul di semua bagian kulit. Biasanya dimulai dengan benjolan kecil yang akan membuat kulit disekitarnya menjadi kusam dan bersisik. Selain itu penyakit kulit juga bisa berkembang dari infeksi virus herpes.
6. Gejalanya membuat tubuh lemah
Gejala yang muncul pada tahap lanjut biasanya banyak disertai dengan penyakit yang bisa membuat tubuh menjadi lebih lemah. Biasanya penderita akan mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan nafsu makan menurun, nyeri pada semua bagian sendi tubuh, batuk yang kronis dan kesulitan pernafasan. Bahkan pada tahap yang lebih lanjut penderita bisa menderita tekanan mental yang lebih berat hingga stres.

Penularan HIV

CARA PENULARAN
Cara penularan :
  • Lewat cairan darah:
    Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV
    Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna Narkotika Suntikan
    Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah
  • Lewat cairan sperma dan cairan vagina :
    Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
  • Lewat Air Susu Ibu :
    Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
    Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.
Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).
Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai kondom l Melalui transfusi darah l Melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum suntik, pisau cukur, tatto, dll) l Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya.
Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman.
karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya secara aman dengan memakai kondom
Seorang Odha kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala klinis. Kondisi ini disebut “asimptomatik” yaitu tanpa gejala. Pada orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS.
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
AIDS tidak ditularkan melalui :
  • Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama.
  • Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang.
  • Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
  • Lewat keringat, atau gigitan nyamuk

Mengurangi Resiko Penularan

Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Cara-cara yang paling umum untuk terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi, tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda konsumsi.

Melalui Hubungan Seks

Risiko tertinggi infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom melalui vagina maupun anal. Risiko tertular melalui seks oral rendah, tapi bukan berarti nol. Seks oral bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis. Mainan dan alat bantu seks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika salah satu pengguna mainan dan alat bantu seks ini positif terinfeksi HIV.
Cara terbaik untuk mencegah HIV dan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala jenis penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan seks oral. Dental dam adalah selembar kain berbahan lateks. Kain ini berfungsi sebagai penghalang antara mulut dan vagina atau anus. Hal ini bertujuan untuk menurunkan penyebaran IMS selama melakukan seks oral.
Pemakaian kondom
Jika Anda tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka selalu gunakan kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal maupun seks vaginal. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.
Kondom adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan penyakit Infeksi Menular Seksual lainnya. Kondom bisa digunakan untuk hubungan seks apa pun. Sangat penting untuk memakai kondom sebelum kontak seksual apa pun yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau anus. HIV bisa ditularkan sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika keluarnya cairan awal dari alat kelamin dan dari anus.
Gunakan kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan sebelum ejakulasi.
Pemakaian pelumas
Pelumas digunakan untuk menambah kenyamanan dan keamanan hubungan seks dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina maupun anus selama seks. Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit luka (sobek) pada vagina atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak sobek.
Hanya gunakan pelumas yang berbahan dasar air, bukan yang berbahan minyak. Pelumas yang berbahan minyak bisa melemahkan kekuatan kondom dan bahkan bisa merobek kondom.

Melalui Jarum dan Suntikan

Jika Anda memakai jarum untuk menyuntikkan obat, pastikan jarumnya steril. Jangan berbagi jarum, suntikan, atau perlengkapan menyuntik lagi seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan risiko terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.
Jika Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan selalu memakai jarum yang steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas ini di tempat sembarangan. Pastikan Anda memeriksa soal jarum yang digunakan.